Rabu, 10 Juni 2015

Hari Ulang Tahun Tan (Part1)


Matahari terlihat akan terbenam beberapa menit lagi. Burung-burung sudah banyak yang kembali kedalam sangkarnya. Bunga pukul lima sudah kembali bermekaran berwarna kuning dan putih bercak ungu menimbulkan bau wangi yang memanjakan hidung. Udara sudah mulai berubah menjadi dingin tidak sepanan tiga jam yang lalu.
Di sore ini pula aku sedang menemani Lee untuk menyiapkan surprize ulang tahun untuk pacarnya Tan. Sebenarnya sudah dari beberapa waktu yang lalu dia menyiapkan itu semua mulai dari memesan kue ulang tahun, menyiapkan tema untuk ulang tahun dan kue ulang tahun hingga isi kotak kado. Karena esok hari ulang tahunnya Tan ulang tahun jadi senja itu dia memastikan kalau besok semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.
 Waktu sudah beranjak meninggalkan senja, karena sudah ada janji dengan Tan aku bergegas meninggalkan Lee kemudian menuju perpustakaan kampus. Kebetulan kami bertiga Lee,Tan dan aku sejurusan dan disemester ini tidak sekelas dengan mereka berdua tapi hanya sekelas dengan Tan. Aku dan Tan kebetulan satu kelompok dalam satu mata kuliah dan beberapa hari setelah tanggal ulang tahunya kami harus mempresentasikan hasil diskusi tentang dampak sosial dari UKM. Tiga puluh menit kemudian aku sudah sampai perpustakaan, aku segera masuk ke dan menuju ruang baca. Setelah lima belas menit aku menelusuri beberapa rak, Tan belum juga terlihat batang hidungnya. Aku masih melanjutkan pencarian buku untuk bahan materi diskusiku denganya.
“Lama sekai Tan sampai sini, padahal empat puluh lima menit lagi berpusatakaan ini akan tutup.” Gumamku dalam hati
Aku sudah menemukan beberapa buku dan duduk sambil membaca halaman demi halaman. Tan masih juga belum terlihat, mungkin dia lupa segera ku ambil handphone dalam saku jaket dan ku kirim pesan singkat
 “Tan kamu dimana? Aku tunggu di ruang baca lantai dua perpus. Segera datang!”
Beberapa saat kemudian handphoneku bergetar, satu peasn diterima dari Tan “Hai Re, aku sudah di teras perpus dari tadi.”
Setelah membaca balasan itu wajahku agak sedikit asam, mulai menarik bibir ke arah kanan. Langsung kurapikan buku yang berserakan disebelah tempatku duduk kemudian membawanya ke petugas perpustakaan untuk diberi tanda bahwa butu tersebut harus aku kembalikan seminggu sejak tanggal yang dicantumkan. Aku kearah loker, mengambil tas yang ku taruh disana. Kemudian segera keluar dari perpus mencari-cari wajah Tan yang berada dideretan bangku-bangku teras. Terlihat seorang laki-laki yang sedang duduk menghadap lepetopnya.
 “Sepertinya itu Tan.” Berharap tidak melihat orang yang salah.
“Heeeey, Tan... Kan kita janjian dilantai atas kenapa kamu malah disini?” Tanyaku ketus.
“Aku sepertinya salah baca pesan, ku kira kita janjian ditempat biasa.” Jawabnya membela diri.
Mataku melirik layar leptopnya, dan seketika itu juga mataku membelalak. Aku benar-benar terkejut saat melihat foto yang sedang Tan pandangi, sepertinya dia memandangi foto itu sejak tadi sebelum aku bergegas meninggalkan ruang baca. Tapi aku berharap tidak selama itu Tan memenadangi foto itu. Foto berwajah manis, ada lesung pipit dipipi dan berbehel. Iya itu yang aku lihat. Rasanya aku ingin mengingatkan Tan saat itu juga.
Tan sepertinya menyadari kalau aku menatap lekat leptopnya. Tipa-tipa Tan menutup leptonya dengan kencang. Braaak..! Terdengar amat keras.
“Kau baik-baik saja Tan?”
Tan menundukkan pandanganya dan menjawab dengan suara datar “Iya,aku tak apa-apa.”
Aku beranjank dari sampingnya mengambil posisi duduk didepannya, ya duduk berhadap-hadapan. Tanganku gatal, rasanya ingin segera mencari nama Lee dalam kontak handphone dan menelfonya tapi itu akan memperkeruh suasana.
“Tolong jangan ceritakan ini ke Lee, aku takut dia sakit hati dengan sikapku.” Kata Tan dengan suara sedikit samar.
Aku melihat wajah Tan, matanya berkaca-kaca pipinya sudah memerah seakan-akan air matanya akan menetes setelah mengedipkan matanya.
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan dari Tan, sungguh aku sebagai sahabat Lee tidak terima jika hubungan mereka sebenarnya tidak saling terbuka.
“Tan tapi kenapa kamu masih memandangi foto mantanmu itu?” Tanyaku penasaran.
“Entah kenapa aku merindukan sosoknya akhir-akhir ini Vee. Dia pacar pertamaku kau tahukan?”
“Iya kau sudah penah menceritakan dia waktu itu, tapi ku kira...” Kalimatku terputus.
“Vee, entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu mengingat massa-massaku bersamanya dulu. Semua kesalahan yang pernah dia lakukan seakan lenyap dengan mengingat tingkah manjanya. Sungguh itu semua tiba-tiba hadir dipikiranku.”
Aku geram mendengar penjelasan dari Tan, lelaki macam apa yang tidak mampu membatasi hatinya padahal kini sudah memiliki pasangan lagi.
“Tapi apa waktu 3 tahun belum mampu membuatmu sedikit melupakan semua itu Tan?” Tanyaku serius.
Sebenarnya aku juga tidak bisa memungkiri kalau kenangan pahit itu tidak bisa dibabat habis dalam fikiran, mungkin semua kenangan akan tiba-tiba muncul dalam waktu yang tidak dapat diprediksikan. Kenangan itu memang jahat sangat jahat bahkan, bagaimana tidak dia datang dengan seenaknya meninggalkan kesedihan bahkan amarah.
“Tapi sungguh aku tak berniat untuk mengingatnya Vee.”
Angin malam sudah mulai berhembus kencang, mengharuskan aku merapatkan jaket hitam bermotif bunga.
“Ahh.. sudahlah Tan ini sudah terlalu malam untuk kita mendebatkan hal yang akan menguras emosi.”
Aku beranjak dari kursi, membawa buku-buku yang ku pinjam dari perpustakaan meninggalkan Tan sendiri di deretan bangku teras perpustakaan.
(Bersambung...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar