Matahari terlihat akan terbenam beberapa menit lagi.
Burung-burung sudah banyak yang kembali kedalam sangkarnya. Bunga pukul lima
sudah kembali bermekaran berwarna kuning dan putih bercak ungu menimbulkan bau
wangi yang memanjakan hidung. Udara sudah mulai berubah menjadi dingin tidak
sepanan tiga jam yang lalu.
Di sore ini pula aku sedang menemani Lee untuk menyiapkan
surprize ulang tahun untuk pacarnya Tan. Sebenarnya sudah dari beberapa waktu
yang lalu dia menyiapkan itu semua mulai dari memesan kue ulang tahun,
menyiapkan tema untuk ulang tahun dan kue ulang tahun hingga isi kotak kado. Karena
esok hari ulang tahunnya Tan ulang tahun jadi senja itu dia memastikan kalau
besok semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Waktu sudah beranjak
meninggalkan senja, karena sudah ada janji dengan Tan aku bergegas meninggalkan
Lee kemudian menuju perpustakaan kampus. Kebetulan kami bertiga Lee,Tan dan aku
sejurusan dan disemester ini tidak sekelas dengan mereka berdua tapi hanya
sekelas dengan Tan. Aku dan Tan kebetulan satu kelompok dalam satu mata kuliah
dan beberapa hari setelah tanggal ulang tahunya kami harus mempresentasikan
hasil diskusi tentang dampak sosial dari UKM. Tiga puluh menit kemudian aku
sudah sampai perpustakaan, aku segera masuk ke dan menuju ruang baca. Setelah
lima belas menit aku menelusuri beberapa rak, Tan belum juga terlihat batang
hidungnya. Aku masih melanjutkan pencarian buku untuk bahan materi diskusiku
denganya.
“Lama sekai Tan sampai sini, padahal empat puluh lima menit
lagi berpusatakaan ini akan tutup.” Gumamku dalam hati
Aku sudah menemukan beberapa buku dan duduk sambil membaca
halaman demi halaman. Tan masih juga belum terlihat, mungkin dia lupa segera ku
ambil handphone dalam saku jaket dan ku kirim pesan singkat
“Tan kamu dimana? Aku tunggu
di ruang baca lantai dua perpus. Segera datang!”
Beberapa saat kemudian handphoneku bergetar, satu peasn
diterima dari Tan “Hai Re, aku sudah di teras perpus dari tadi.”
Setelah membaca balasan itu wajahku agak sedikit asam, mulai
menarik bibir ke arah kanan. Langsung kurapikan buku yang berserakan disebelah
tempatku duduk kemudian membawanya ke petugas perpustakaan untuk diberi tanda
bahwa butu tersebut harus aku kembalikan seminggu sejak tanggal yang
dicantumkan. Aku kearah loker, mengambil tas yang ku taruh disana. Kemudian
segera keluar dari perpus mencari-cari wajah Tan yang berada dideretan
bangku-bangku teras. Terlihat seorang laki-laki yang sedang duduk menghadap
lepetopnya.
“Sepertinya itu Tan.” Berharap
tidak melihat orang yang salah.
“Heeeey, Tan... Kan kita janjian dilantai atas kenapa kamu
malah disini?” Tanyaku ketus.
“Aku sepertinya salah baca pesan, ku kira kita janjian
ditempat biasa.” Jawabnya membela diri.
Mataku melirik layar leptopnya, dan seketika itu juga mataku
membelalak. Aku benar-benar terkejut saat melihat foto yang sedang Tan pandangi,
sepertinya dia memandangi foto itu sejak tadi sebelum aku bergegas meninggalkan
ruang baca. Tapi aku berharap tidak selama itu Tan memenadangi foto itu. Foto
berwajah manis, ada lesung pipit dipipi dan berbehel. Iya itu yang aku lihat.
Rasanya aku ingin mengingatkan Tan saat itu juga.
Tan sepertinya menyadari kalau aku menatap lekat leptopnya. Tipa-tipa
Tan menutup leptonya dengan kencang. Braaak..! Terdengar amat keras.
“Kau baik-baik saja Tan?”
Tan menundukkan pandanganya dan menjawab dengan suara datar “Iya,aku
tak apa-apa.”
Aku beranjank dari sampingnya mengambil posisi duduk
didepannya, ya duduk berhadap-hadapan. Tanganku gatal, rasanya ingin segera
mencari nama Lee dalam kontak handphone dan menelfonya tapi itu akan memperkeruh
suasana.
“Tolong jangan ceritakan ini ke Lee, aku takut dia sakit hati
dengan sikapku.” Kata Tan dengan suara sedikit samar.
Aku melihat wajah Tan, matanya berkaca-kaca pipinya sudah
memerah seakan-akan air matanya akan menetes setelah mengedipkan matanya.
Aku hanya
terdiam mendengar penjelasan dari Tan, sungguh aku sebagai sahabat Lee tidak
terima jika hubungan mereka sebenarnya tidak saling terbuka.
“Tan tapi
kenapa kamu masih memandangi foto mantanmu itu?” Tanyaku penasaran.
“Entah
kenapa aku merindukan sosoknya akhir-akhir ini Vee. Dia pacar pertamaku kau
tahukan?”
“Iya kau
sudah penah menceritakan dia waktu itu, tapi ku kira...” Kalimatku terputus.
“Vee, entah
kenapa akhir-akhir ini aku selalu mengingat massa-massaku bersamanya dulu.
Semua kesalahan yang pernah dia lakukan seakan lenyap dengan mengingat tingkah
manjanya. Sungguh itu semua tiba-tiba hadir dipikiranku.”
Aku geram
mendengar penjelasan dari Tan, lelaki macam apa yang tidak mampu membatasi hatinya
padahal kini sudah memiliki pasangan lagi.
“Tapi apa
waktu 3 tahun belum mampu membuatmu sedikit melupakan semua itu Tan?” Tanyaku
serius.
Sebenarnya
aku juga tidak bisa memungkiri kalau kenangan pahit itu tidak bisa dibabat
habis dalam fikiran, mungkin semua kenangan akan tiba-tiba muncul dalam waktu
yang tidak dapat diprediksikan. Kenangan itu memang jahat sangat jahat bahkan,
bagaimana tidak dia datang dengan seenaknya meninggalkan kesedihan bahkan
amarah.
“Tapi
sungguh aku tak berniat untuk mengingatnya Vee.”
Angin malam
sudah mulai berhembus kencang, mengharuskan aku merapatkan jaket hitam bermotif
bunga.
“Ahh..
sudahlah Tan ini sudah terlalu malam untuk kita mendebatkan hal yang akan
menguras emosi.”
Aku beranjak
dari kursi, membawa buku-buku yang ku pinjam dari perpustakaan meninggalkan Tan
sendiri di deretan bangku teras perpustakaan.
(Bersambung...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar