Selasa, 02 Juni 2015

Penyesalan Memanglah Datang Belakangan (Hari ke-2 #NulisRandom2015)


Ku lihat matahari sudah menampakkan sinarnya, belum begitu menyengat namun hangat menyentuh kulit. Pagi ini aku putuskan berbelanja ke pasar, membeli bahan makanan untuk dimasak selama beberapa hari ke depan mulai dari sayur, lauk, dan bumbu dapur tak lupa juga buah. Ini salah satu cara menghemat, karena sebagai anak kost prinsip ini benar-benar harus dipakai. Jangan sampai awal bulan makan enak, ngafe, belanja ini itu tapi belum samapi akhir bulan sudah meminta uang tambahan lagi sama orang tua malu banget dong. Tunjukkan kalo kalian sebagai anak rantau bisa hidup hemat namun tetap sehat.
Pasar yang aku tuju yaitu Pasar Dinoyo, jarak pasar dari kost sekitar 3 km. Tidak jauh jika ditempuh menggunakan sepeda motor, namun cukup lumayan capek jika ditempuh dengan berjalan kaki. Pasar ini terletak di Merjosari,Lowokwaru,Malang. Pergi ke pasar bersama teman kost sebut saja dia Tya. Setelah selesai membeli semua kebutuhan untuk beberapa hari kedepan, kami memutuskan untuk membeli jajan pasar. Memilih beberapa jajan dan membelinya.
Sebelum kami berjalan ke arah penjual jajan pasar, berpapasan dengan seorang kakek yang sudah tua ku perkirakan usianya 70th. Beliau menawarkan kacang dan kedelai goreng yang sudah dibungkus kecil-kecil, kalau kalian bingung membayangkan seperti apa ukuran bungkus kacang itu ingat saja penjual didalam bus-bus umum persis seperti itulah bentuknya.
“Kacang...kacang.. nduk larisi dodolanku nduuk.. mung sewu limangatus sak bungkuse” (Nak, beli daganganku ini nak, harganya cuma seribu lima ratus perbungkus) dengan suara yang terdengr serak.
Aku hanya melirik apa yang dibawa kakek penjul kacang sambil melangkah kedepan menggelengkan kepala,  terbesit dalam hati “Cuma kacang sebungkus kecil gitu masak iya harganya Rp. 1.500,- mahal banget”.
“Tukuo tala nduuk, nggawe pengelaris” (Belilah ini naak, buat pengelaris) sambil menyodorkan daganganya ke arah aku dan Tya.
Hatiku masih belum tergerak untuk membelinya.
Setelah berjalan sekitar lima langkah tanganku ditarik oleh tya, aku sedikit terkejut. Dia membalikkan badanya kembali melengkahkan kakinya ke arah penjual kacang tersebut. Sambil berbicara padaku, “ Gak tega aku liatnya, kasian sudah tua seperti itu masih berjualan dipasar demi memenuhi biaya hidupnya”. Tanpa banyak basa-basi akhirnya dia membeli sebungkus, terlihat dari wajah kakek itu kecewa karena temanku hanya membeli sebungkus. Mungkin beliau berharap bisa membeli 10 bungkus agar daganganya cepat habis. Tapi, sambil menyodorkan sebungkus kacang kakek itu tak lupa mengucapkan terima kasih.
Aku merasa malu pada diriku sendiri, bagaimana tidak saat melihat orang tua renta yang tetap berangkat kepasar demi menjual barang daganganya malah aku menyibir daganganya. Sungguh merasa berdosa seketika itu juga. Aku sadar, meskipun seseorang hanya mampu membantu sedikit mungkin akan berdampak besar bagi orang lain. Disisi lain hati juga merasa damai bisa membantu sesama.
Sungguh, sampai saat aku menulis tulisan ini merasa menyesal, seharusnya aku tidak boleh begitu dengan orang lain. Seharusnya aku menolong kakek itu walau hanya sekedar membeli sebungkus barang daganganya. Terimakasih yang sudah menemani ke pasar yang sudah mengingatkan meskipun secara tersirat untuk saling menolong sesama manusia. Lain kali aku tidak boleh begitu!

1 komentar:

  1. Sudah saya baca ^^b Semoga menjadi awal dipertengahan jalan..

    BalasHapus