Ku lihat matahari sudah
menampakkan sinarnya, belum begitu menyengat namun hangat menyentuh kulit. Pagi
ini aku putuskan berbelanja ke pasar, membeli bahan makanan untuk dimasak
selama beberapa hari ke depan mulai dari sayur, lauk, dan bumbu dapur tak lupa
juga buah. Ini salah satu cara menghemat, karena sebagai anak kost prinsip ini
benar-benar harus dipakai. Jangan sampai awal bulan makan enak, ngafe, belanja
ini itu tapi belum samapi akhir bulan sudah meminta uang tambahan lagi sama
orang tua malu banget dong. Tunjukkan kalo kalian sebagai anak rantau bisa
hidup hemat namun tetap sehat.
Pasar yang aku tuju yaitu Pasar
Dinoyo, jarak pasar dari kost sekitar 3 km. Tidak jauh jika ditempuh
menggunakan sepeda motor, namun cukup lumayan capek jika ditempuh dengan
berjalan kaki. Pasar ini terletak di Merjosari,Lowokwaru,Malang. Pergi ke pasar
bersama teman kost sebut saja dia Tya. Setelah selesai membeli semua kebutuhan
untuk beberapa hari kedepan, kami memutuskan untuk membeli jajan pasar. Memilih
beberapa jajan dan membelinya.
Sebelum kami berjalan ke arah
penjual jajan pasar, berpapasan dengan seorang kakek yang sudah tua ku
perkirakan usianya 70th. Beliau menawarkan kacang dan kedelai goreng yang sudah
dibungkus kecil-kecil, kalau kalian bingung membayangkan seperti apa ukuran
bungkus kacang itu ingat saja penjual didalam bus-bus umum persis seperti
itulah bentuknya.
“Kacang...kacang.. nduk larisi
dodolanku nduuk.. mung sewu limangatus sak bungkuse” (Nak, beli daganganku ini nak, harganya cuma seribu lima ratus perbungkus) dengan suara yang terdengr
serak.
Aku hanya melirik apa yang dibawa
kakek penjul kacang sambil melangkah kedepan menggelengkan kepala, terbesit dalam hati “Cuma kacang sebungkus
kecil gitu masak iya harganya Rp. 1.500,- mahal banget”.
“Tukuo tala nduuk, nggawe
pengelaris” (Belilah ini naak, buat pengelaris) sambil menyodorkan daganganya ke arah aku dan Tya.
Hatiku masih belum tergerak untuk
membelinya.
Setelah berjalan sekitar lima
langkah tanganku ditarik oleh tya, aku sedikit terkejut. Dia membalikkan
badanya kembali melengkahkan kakinya ke arah penjual kacang tersebut. Sambil
berbicara padaku, “ Gak tega aku liatnya, kasian sudah tua seperti itu masih
berjualan dipasar demi memenuhi biaya hidupnya”. Tanpa banyak basa-basi
akhirnya dia membeli sebungkus, terlihat dari wajah kakek itu kecewa karena temanku
hanya membeli sebungkus. Mungkin beliau berharap bisa membeli 10 bungkus agar
daganganya cepat habis. Tapi, sambil menyodorkan sebungkus kacang kakek itu tak
lupa mengucapkan terima kasih.
Aku merasa malu pada diriku
sendiri, bagaimana tidak saat melihat orang tua renta yang tetap berangkat
kepasar demi menjual barang daganganya malah aku menyibir daganganya. Sungguh
merasa berdosa seketika itu juga. Aku sadar, meskipun seseorang hanya mampu
membantu sedikit mungkin akan berdampak besar bagi orang lain. Disisi lain hati
juga merasa damai bisa membantu sesama.
Sungguh, sampai saat aku menulis tulisan ini merasa
menyesal, seharusnya aku tidak boleh begitu dengan orang lain. Seharusnya aku
menolong kakek itu walau hanya sekedar membeli sebungkus barang daganganya.
Terimakasih yang sudah menemani ke pasar yang sudah mengingatkan meskipun
secara tersirat untuk saling menolong sesama manusia. Lain kali aku tidak boleh
begitu!
Sudah saya baca ^^b Semoga menjadi awal dipertengahan jalan..
BalasHapus